Tuesday, June 11, 2013

Bubuk tak berasap

Sejarah Penemu Bubuk tak berasap

Bubuk tak berasap untuk amunisi pertama kali diperkenalkan di Austria pada sekitar tahun 1852 dan banyak digunakan untuk berburu. Bubuk itu dibuat dari sebentuk selulosa, seperti yang ditemukan dalam kapas atau kayu yang telah diproses dengan asam nitrat. Dikenal sebagai kapas mesiu (guncotton), campuran baru dari nitroselulosa ini merupakan bentuk dari plastik, yang ketika dibakar akan bereaksi sebagaimana bubuk hitam atau bubuk mesiu.

Pada tahun 1888 Alfred Nobel (183-1896), sang penemu dinamit, mengembangkan sebentuk bubuk tak berasap dengan menggunakan nitrogliserin. Hiram Maxim (1840-1916) mengembangkan bubuk tak berasap dengan menggunakan serat kapas pada tahun yang sama, dengan lilin lebah atau vaselin sebagai penyetabilnya. Ini bis a dilemparkan dalam ukuran-ukuran kecil (cord), dan di Inggris ini disebut kordit (cordite). Baik itu bubuk yang berbahan dasar dua yang memasukkan gliserin maupun bubuk dari bahan dasar satu yaitu dengan nitroselulosa saja, memerlukan campuran organik yang baru dan berbeda dari campuran bubuk hitam yang telah ada sebelumnya yaitu sulfur, karbon, dan sendawa.

Formula dari Nobel adalah 40% nitrogliserin dan 60% nitroselulosa, sementara itu kordit-nya Maxim adalah sekitar 15% nitrogliserin. Kedua bubuk tak berasap dengan dua bahan dasar itu sekitar 15% lebih kuat dibandingkan dengan bubuk coklat dan hitam yang ada sebelumnya dan dibakar dengan tekanan yang lebih seragam. Kedua bubuk itu memberikan kecepatan yang lebih tinggi untuk mata pelurunya. Maxim memenangkan perkara hukum di Inggris yang menetapkan bahwa bubuknya cukup berbeda dengan bubuknya Nobel dan menetapkan Maxim untuk membuatnya tanpa harus membayar royalti kepada Nobel.

Pada tahun 1890-an ilmuwan di fasilitas penelitian Angkatan Laut A. S di Newport, Rhode Island, berusaha mencari formula yang lain, dengan bekerja berdasarkan formula nitroselulosa murni. Pada tahun 1896 Dmitri Mendeleev, yang telah mengembangkan hukum periodik unsur-unsur, menerbitkan hasil-hasil pekerjaannya yang mengungkapkan bahwa nitroselulosa dengan sekitar 12.44% nitrogen merupakan campuran kimia yang ideal. Rusia memakai formula itu pada awal tahun 1890-an, angkatan laut Amerika dan Eropa terus melakukan percobaan, dengan menggunakan nitrogen antara 12.45 dan 12.80% dalam produk-produk mereka.

Bubuk tak bcrasap ketika digunakan di atas kapal laut memiliki beberapa kuntungan, terutama di antaranya adalah kenyataan bahwa tidak adanya kabut asap di dekat kapal bisa menyamarkan pengulangan tembakan dari pandangan, hal ini menjadi penting untuk mengembangkan senjata yang mampu menembak dengan cepat. Karena itu, angkatan-angkatan laut di seluruh dunia memasuki sebuah periode inovasi besar, dengan mencoba mengembangkan mekanisme pengisian senjata artileri dan belakang sehingga bisa meningkatkan kecepatan yang bisa menembak dan mengisi. Senjata kapal Amerika yang bisa menembak cepat, sangat efektif pada Perang Spanyol-Amerika pada tahun 1898.

No comments:

Post a Comment