Sunday, June 9, 2013

Linotipe

Sejarah Penemu Mesin Pengatur Huruf (Linotipe) 

Setelah penemuan huruf cetak yang bisa digerakkan dan mesin cetak, tetapi proses pengaturannya masih menggunakan tangan, meskipun proses cetak lebih cepat daripada menyalin tulisan dengan menulis tangan tapi masih sangat menyita waktu, karena tiap-tiap halaman harus dibuat secara hati-hati dengan huruf yang susunannya tidak beraturan. Oleh karena itu, sulit untuk mengecek pekerjaan sampai salinan bukti dicetak sehingga memungkinkan ditemukannya kesalahan. Pada abad 19, seiring berkembangnya surat kabar harian, proses penyusunan huruf menghadirkan hulu produksi yang dicari oleh para penemu. Pada tahun 1876 sekelompok penemu meminta Ottmar Mergenthaler (1854-1899), seorang mekanik muda di sebuah bengkel di Baltimore, Maryland, untuk membantu mereka dalam menyempurnakan mesin penyusun huruf otomatis. Mergenthaler, putra seorang kepala sekolah, lahir di Wurttemberg, Jerman, dan telah magang di tempat seorang pembuat arloji. Mergenthaler berimigrasi ke Amerika Serikat pada tahun 1872.

Mergenthaler menguji coba banyak mesin berbeda, yang akhirnya berhasil pada tahun 1884. Pada tahun 1886 dia mulai membuat mesin yang mampu memecahkan persoalan itu dan kemudian ia pasarkan sebagai mesin "linotipe." Sang operator menekan tombol pada sebuah papan, melepaskan suatu matrik bersama dengan dadu huruf yang terbuat dari logam dari tempat penyimpanan. Hembusan angin akan membantu meniup matrik itu menuruni suatu baris kalimat yang sedang bekerja, dengan biji logam kecil yang disisipkan sebagai pemisah di antara kata-kata. Dengan penyempurnaan satu baris kalimat dalam jenis ini, barisan itu akan dibawa untuk dicetak dengan timah yang meleleh, yang akan cepat mengeras. Cetakan yang baru itu akan disimpan dalam sebuah nampan, sementara itu matrik-matrik atau dadu-dadu akan dikembalikan ke tempat penyimpanan. Dengan cara ini, operator bisa terus menerus mengetik, dan baris ketikan akan disusun secara otomatis.

Para penerbit surat kabar segera mulai membeli lusinan mesin-mesin yang baru itu. Pengembangan berikutnya termasuk sebuah mesin untuk memotong matrik-matrik itu dan tidak lagi memotongnya secara manual. Mesin pengatur huruf itu masih digunakan di sebagian besar surat kabar sampai akhir abad 20, ketika kemudian digantikan oleh sistem pengetikan dan komputer sebagai sistem penyusunanya.

No comments:

Post a Comment