Sejarah Penemu Fonograf
Pada tahun 1877, Thomas Edison mencoba menggagas alat perekam suara dengan menggunakan alat penerima telefon. Ia melakukannya dengan menggunakan jarum bergetar untuk membuat beragam coblosan di atas sepotong kertas aluminium. Konsep itu diserahkan kepada ahli mesin Swiss bernama John Kruesi. Dengan perintah "buatkan ini," peralatan yang diberi nama fonograf oleh Edison itu ditemukan. Fonograf Edison menggunakan permukaan kertas timah yang permukaannya ditempatkan di atas sebuah silinder sebagai permukaan perekaman. Sebuah sekat tipis menangkap suara, dan sebuah jarum piringan hitam mengirimkan getaran itu ke kertas aluminium, yang bergerak maju di sepanjang silinder itu ketika berputar pada pemutar timah. Sebuah pemutar yang sama, jarum piringan hitam, dan sekat menghasilkan suara di sisi lain silinder itu. Pada tanggal 6 Desember 1877, Edison merekam "Mary Had a Little Lamb." Ini merupakan rekaman pertama yang diketahui. Peralatan asli ini dijual beberapa tahun kemudian demi kesenangan baru, Edison membawa perhatian kelompoknya kepada pengembangan lampu listrik. Meskipun Charles Cross (1842-1888) telah merencanakan peralatan perekam suara, Edison adalah yang pertama mengembangkan dan mematenkannya. Edison memperoleh hak paten pada tanggal 17 Februari 1878.
Alexander Graham Bell, bekerja bernama saudaranya Chichester A. Bell dan bernama C. S. Tainter, yang dimulai pada tahun 1881 untuk mencari cara pengembangan fonograf. Pada tahun 1886 Bell mematenkan metode silinder lilin yang kemudian dipakai sebagai mesin pendikte, yang diisi suara menjadi gramafon. Musik bisa direkam dengan cara sekelompok pemain musik memainkan sepenggal musik di depan sepuluh instrumen perekam, dan kemudian setelah mesin itu diaktifkan kembali, dilakukan di depan sepuluh instrumen yang lain. Proses yang sulit ini bisa menghasilkan sedikit rekaman silindris. Baik itu silinder Edison maupun Bell menghasilkan guratan getaran dengan arah galur vertikal yang membentuk pola bukit dan lembah.
Pada tahun 1892 Emile Berliner di Jerman mematenkan proses yang lebih baik yaitu dengan menggunakan piringan dan bukannya silinder, dan ia mengembangkan sebuah metode yang dengannya sebuah rekaman gambar negatif baja bisa diolah dari positif seng. Dengan menggunakan gambar negatif itu, ratusan karet keras atau rekaman lakeri bisa dibuat. Metode Berliner mencap galur itu dari samping ke samping. Berliner mulai membuat alat itu dengan nama gramophone, dan masuk ke pasaran Amerika pada tahun 1893.
Pada tahun 1897 Elridge Johnson, dan Camden, New Jersey, mengembangkan kembali sistem perekam Berliner dengan menggunakan metode mengukir piringan itu dan bukan menggoresnya. Johnson mendirikan Victor Talking Machine Company pada tahun 1901 dan segera menghasilkan jutaan rekaman dari studio-studio yang dibangun di Camden. Salah satu keberhasilan Johnson yang pertama adalah serangkaian rekaman yang dilakukan oleh Enrico Caruso yang memberikan kemasyuran baik itu kepada fonograf maupun Caruso. Piringan Berliner/Johnson distandarkan pada kecepatan 78 putaran per menit (rpm) pada tahun 1913 dengan waktu bermain yang terbatas sampai 4 atau 5 menit saja.
Pengembangan lebih jauh pada sistem perekaman muncul dengan pengembangan pada tahun 1948 yang dilakukan oleh Emile Goldmark atas rekaman lama (long-play¬ing/LP) di Columbia Broadcasting System yang bisa merekam suara selama sekitar 20 menit, yang lebih cocok untuk kepingan-kepingan berisi musik. Berkebalikan dengan rekaman 78-rpm dengan sekitar 80 galur setiap incinya, LP memiliki 250 galur tiap incinya. Sebagai persaingan, Radio Corporation of America memperkenalkan sebuah piringan 45-rpm yang bisa bekerja sekitar 8 menit setiap sisinya. Perekaman stereofonik (dengan dua sisi, satu pola bukit dan lembah, yang satu menyamping) diperkenalkan pada tahun 1958, dengan teknologi cakram padat (compact disc) dan cakram laser (laser disc) yang menggantikan sistem-sistem perekaman sebelumnya pada tahun 1980-an dan 1990-an.
No comments:
Post a Comment