Sejarah Penemu Karet
Ketika orang-orang Eropa melakukan kontak pertama dengan Amerika dengan mengikuti penjelajahan Columbus, mereka menemukan bahwa Orang Amerika Asli telah menggunakan getah tumbuh-tumbuhan yang disadap dari pohon, terutama pohon hevea. Selain untuk dijadikan bola lambung, mereka, menggunakan permen karet untuk dikunyah, dan mereka membuat berbagai benda praktis seperti mangkuk dan keranjang anti air. Contoh-contoh itu dibawa ke Eropa, terutama yang paling banyak membawa adalah Francois Fresnau, yang tinggal di Brazil. Charles Marie de la Condamine (yang memimpin ekspedisi untuk menentukan ukuran dan bentuk bumi), memberikan contoh-contoh dari penjelajahan Fresnau itu kepada French Academy pada tahun 1775, dengan disertai laporan tentang proses yang digunakan oleh orang Amazon asli untuk mengumpulkan getah tumbuhan itu dan mengeringkannya di atas api. Bahasa Quecha untuk bahan itu adalah caoutchouc yang berarti "air mata pohon". Banyak bahasa Eropa yang memodifikasi bahasa Quecha itu untuk menunjuk benda itu.
Joseph Priestley (1733-1804), ahli kimia Inggris mencatat penemuan oksigen, menciptakan istilah rubber (penggosok) karena tidak ada segumpal benda yang bisa membersihkan tanda gosokan pensil. Di Inggris, bahan itu seringkali disebut India rubber, yang berarti bahwa benda itu berasal dan West Indies.
Tetapi, ketika karet alam dikirimkan ke Eropa, ia cenderung mengeras. Berbagai cara pemecahan dilakukan, seperti menggunakan terpentin untuk melunakkan benda itu. Pada sekitar tahun 1820, industriawan Skotlandia Charles Macintosh (1766-1843) mengembangkan proses melapisi kain tenun dengan larutan karet dan nafta, yang diambil dari batu bara. Macintosh segera memproduksi jas hujan dan sepatu karet dari campuran karet alami ini. Pada tahun 1832 Macintosh mengembangkan bisnis pakaian hujan yang kemudian berkembang sampai diekspor ke luar negeri, dan namanya mulai menjadi istilah generik untuk mantel tahan air. Rekanan Macintosh, Thomas Hancock (1786-1865) mendirikan sebuah laboratorium penelitian kecil dan mengembangkan beberapa mesin untuk membentuk dan membuat bubur karet dengan dipanaskan yang kemudian mendapakan 17 hak paten sejak tahun 1820-1847. Pita elastis, ikat kaus kaki, dan banyak kegunaan karet yang lain yang telah dikembangkan pada periode ini.
Pohon yang tumbuh di Melayu, getah, menghasilkan getah karet yang merupakan bentuk dari karet yang dikenal di Eropa sebagai gutta-percha, seringkali digunakan pada pertengahan abad 19 sebagai bentuk isolasi arus listrik. Tetapi, karet terus saja menghadirkan persoalan, karena karet akan mengeras dan pecah-pecah dalam cuaca dingin dan lembek dalam cuaca panas. Di Amerika Serikat, Charles Goodyear (1800-1860), seorang pedagang barang-barang dari logam, mengembangkan sebuah proses pencampuran karet dengan sulfur dan memanaskannya sehingga menghasilkan benda yang lebih stabil namun tetap elastis. Ketika mencobanya ia menggunakan sejumlah bahan dan proses, dan kemudian menemukan sebuah metode yang diperoleh secara tidak disengaja ketika sedang bekerja di tungku dapur. Dia menyebut prose penyetabilan itu sebagai vulcanikation (vulkanisasi) dan produk baru itu disebut karet vulkanisir. Goodyear memperoleh hak paten tentang vulkanisasi pada tahun 1844, untuk mencegah eksploitasi terhadap metodenya yang terjadi di Inggris. Setelah berjuang, melawan pelanggaran hak paten di Amerika Serikat dan Eropa, Goodyear meninggal dalam keadaan tanpa uang sama sekali pada tahun 1860. Baik itu Hancock maupun Goodyear menerbitkan catatan atas penemuan mereka tentang proses vulkanisasi.
Dengan vulkanisasi, karet menjadi lebih praktis digunakan dalam banyak keperluan, negara-negara Eropa segera melakukan penanaman pohon karet di negara-negara tropic yang menjadi koloni mereka, terutama di Hindia Belanda (Indonesia) dan Malaya (Malaysia), sementara itu perusahaan-perusahaan yang dimiliki American Firestone di kemudian hari melakukan penanaman di negara Afrika Timur, Liberia. Ban karet keras untuk sepeda membimbing kepada pengembangan ban angin, yang pertama kali digunakan untuk sepeda dan kemudian untuk kendaraan bermotor.
No comments:
Post a Comment